THE BEST FRIEND
“Chanyeol, aku punya kabar
buruk untukmu hari ini. Seohyun jatuh sakit dan harus di opname.” Kata Kris.
Chanyeol dan Kris adalah dua orang yang bersahabat sejak kelas 1 SD. Kini mereka
berdua bersekolah di SMPK BPK Penabur Bandung.
“Bagaimana
kalau hari ini kita semua menjenguk Seohyun?” Ajak Chanyeol kepada seluruh
temannya di kelas. Yakni kelas 7I. Anak-anak di kelas 7I menyebut kelas mereka
sendiri sebagai 7 Idiontzzz.
“Kami semua
setuju.” Jawab seluruh murid 7I serempak. Mereka semua setuju karena mereka
semua menyayangi Seohyun karena Seohyun adalah anak yang baik, rendah hati,
pintar, juga cantik.
Mereka
semua berjanji akan bertemu di halaman sekolah sepulang sekolah nanti. Baru
setelah itu mereka bersama-sama akan menuju ke rumah sakit. Sejak tadi, mereka
semua sudah tidak sabar menanti bel pulang sekolah berdering. Tetapi sebelum
bel sekolah berbunyi, mereka semua harus melewati pelajaran Biologi yang tidak
mereka senangi. Hari ini, materi pelajaran Biologi adalah membedah katak.
Di kelas
7I, tidak ada seorang muridpun yang menyukai pelajaran Biologi kecuali Seohyun.
Gadis perempuan itu adalah satu-satunya orang di kelas 7I yang menyukai
pelajaran Biologi.
Pelajaran
Biologi hari ini akan berlangsung selama dua setengah jam. Anak-anak tidak ada
yang bisa membayangkan melihat bagian-bagian dalam tubuh katak. Karena melihat
luarnya saja mereka semua sudah bergidik ngeri. Terutama Lay. Lay adalah anak
kelas 7I yang paling jijik jika melihat katak. Berbeda sekali dengan Seohyun
yang pecinta binatang terutama katak. Ia akan sangat senang jika bertemu dengan
katak.
Akhirnya
tibalah saatnya pelajaran Biologi tersebut. Sebelum membedah katak, banyak
anak-anak kelas 7I yang berpura-pura untuk ke belakang karena kebelet.
Untunglah guru pelajaran Biologi, Pak Dio adalah seorang guru yang sangat baik
hati. Setelah semua murid 7I kehabisan akal untuk mencari-cari alasan, Pak Dio
segera memulai pelajaran Biologi.
Sebelumnya,
mereka setiap anak sudah ditugasi untuk membawa seekor katak hidup dari rumah mereka
masing-masing. Setelah semua anak mengeluarkan katak yang mereka bawa dari
rumah masing-masing, Pak Dio mulai membagikan jarum suntik yang sudah diisi
dengan obat pembius dengan dosis yang sudah ditentukan. Pak Dio menyuruh semua
murid untuk membius kataknya masing-masing dengan jarum suntik yang sudah
diberi oleh Pak Dio melalui celah plastik.
Setelah
semua murid membius kataknya masing-masing dan memastikan katak milik mereka
sudah terbius, semua murid disuruh untuk mengeluarkan katak milik mereka masing-masing
dari plastik dan ditaruh di atas meja yang sudah diberi alas. Semua murid pun
menuruti perintah dari Pak Dio. Setelah itu, mereka semua disuruh untuk membelek
katak mereka masing-masing menggunakan pisau yang sudah disediakan dari
sekolah.
Baru saja
melakukan tahap pertama itu, semua murid kelas 7I sudah bergidik ngeri.
Terutama Lay si anti katak itu. Pak Dio yang
melihat tingkah murid-muridnya itu hanya geleng-geleng kepala. Mereka belajar
mengenai bagian dalam dari tubuh katak.
Setelah
pelajaran Biologi berjalan kurang lebih satu detengah jam, tiba-tiba dari
belakang terdengar suara teriakan yang tak lain adalah suara Lay. Spontan semua
orang yang ada di kelas itu melihat ke belakang. Lay masih tetap berteriak
histeris. Semua orang yang melihat ke belakang ikut bergidik kecuali Pak Dio.
Katak milik Lay kembali
tersadar dari biusan yang telah diberikan dan bersiap untuk loncat melarikan
diri dari meja milik Lay. Dengan sigap Pak Dio berjalan ke belakang dengan
membawa jarum suntik bekas membius tadi dan menusukkan jarum suntik tersebut
langsung ke bagian jantungnya.
Setelah Pak Dio menusukkan
jarum suntik ke bagian jantungnya, katak itu pun tidur dengan tenang untuk
selama-lamanya. Anak-anak kelas 7I menangis tersedu-sedu melihat kejadian itu.
Tapi ya mau tidak mau. Tidak ada cara lain selain menusuk jantungnya karena
jika katak itu dibiarkan meloncat, kejadiannya akan lebih menakutkan lagi
karena seluruh bagian dari katak itu akan keluar saat katak itu meloncat dan
pada akhirnya katak itu juga akan mati seperti keadaanya saat ini.
Tak lama setelah itu, bel
pulang sekolah pun berbunyi. Anak-anak langsung berhamburan ke luar kelas.
Sesuai dengan perjanjian yang telah mereka buat saat istirahat tadi, mereka
semua berkumpul di lapangan sekolah. Setelah sang ketua kelas yakni Sehun
mengabsen mereka semua dan memastikan tidak ada yang tertinggal, mereka semua
berangkat menuju rumah sakit Hasan Sadikin dengan menggunakan mobil Chanyeol
dan Kris sebagai alat transportasi. Perjalanan dari SMPK BPK Penabur menuju
rumah sakit Hasan Sadikin tidak terlalau jauh. Hanya sekitar 4 kilometer saja.
Saat melewati toko buah,
mereka semua sepakat untuk turun sebentar membeli buah untuk diberikan kepada
Seohyun saat tiba di rumah sakit nanti. Setelah membeli berbagai macam buah
untuk Seohyun, mereka semua membayar di kasir menggunakan uang Sunny sahabat
Seohyun dari TK. Setelah selesai membayar di kasir, mereka kembali naik mobil
Chanyeol dan Kris untuk melanjutkan perjalanan.
Akhirnya saat yang mereka nantikan
tiba. Di hadapan mereka, berdirilah gedung tinggi yang tak lain adalah rumah
sakit Hasan Sadikin. Mereka segera memasuki gedung itu dan bertanya kepada
suster letak ruangan dimana Seohyun dirawat. Ternyata Seohyun dirawat di ruang
nomor 303. Ruangan 303 terletak di lantai 3.
Mereka semua naik lift untuk
samai di lantai 3. Setelah sampai di lantai 3, mereka semua mencari ruangan
nomor 303. Setelah menemukan ruangan nomor 303, Sunny mengetuk pintu kamudian
membukanya. Terlihat di dalam ruangan tersebut ada Yuri dan Yoona yakni adik
kembar dari Seohyun. Sedangkan ayah dan ibu dari Seohyun sedang keluar untuk
membeli makanan guna makan mereka berlima. Yuri dan Yoona yang melihat
kedatangan teman-teman dari kakaknya segera mempersilahkan mereka semua untuk masuk
ke dalam ruangan tempat Seohyun dirawat.
Setelah dipersilahkan untuk
masuk oleh Yuri dan Yoona, Sunny segera masuk ke dalam ruangan dimana sahabat
terkasihnya dirawat. Ia segera berlari dan memeluk sahabatnya itu. Seohyun yang
sedang berbaring di atas kasur rumah sakit, tersenyum melihat teman-teman yang
dicintainya datang untuk menjenguknya. Ia segera bangkit dari tidurnya kemudian
beranjak mengambil posisi duduk. Hyoyeon, teman sebangku Seohyun mewakili
teman-temannya memberikan buah-buahan yang dalam perjalanan tadi mereka beli
dengan uang Sunny. Seohyun mengucapkan terima kasih berkali-kali kepada
teman-temannya.
Teman-temannya, terutama
Sunny sangat senang bisa membuat Seohyun tersenyum. Ternyata menurut hasil
pemeriksaan dokter yang dilakukan kemarin lusa, Seohyun menderita penyakit
demam berdarah dan typus. Mereka semua bercanda ria bersama Seohyun dengan
maksud menghibur sekaligus memotivasi Seohyun agar cepat sembuh.
Ketika sedang bercanda ria
bersama teman-temannya dan adik-adiknya, Seohyun terlihat sesak nafas sambil
memegang dadanya. Dengan sigap Yoona berlari ke luar dan memanggil dokter.
Sementara Yuri menjaga Seohyun di ruangannya. Tak lama kemudian Yoona kembali
diikuti dokter dan suster di belakangnya. Dengan segera dokter memeriksa keadaan
Seohyun.
Setelah dokter memeriksa
keadaan Seohyun, tak lama kemudian dokter memberi instruksi kepada suster untuk
memberi obat kepada Seohyun. Setelah selesai memberi instruksi kepada suster,
dokter terlihat memanggil Yuri dan Yoona untuk ikut keluar dari ruangan
bersamanya.
Setelah kurang lebih setengah
jam bersama dokter, Yuri dan Yoona kembali ke dalam ruangan dengan wajah
murung. Sunny, Taeyon, Tiffany dan Hyoyeon spontan bertanya tentang keadaan
Seohyun kepada Yuri dan Yoona. Mereka berdua segera menjawab pertanyaan Sunny,
Taeyon, Tiffany dan Hyoyeon dengan wajah yang masih murung.
“Kata dokter, penyakit asma
Kak Seohyun mulai kambuh karena penyakit DBD dan typus yang terus menyerang
tubuh Kak Seohyun” kata Yuri dan Yoona
“Memangnya Seohyun punya penyakit
asma? Kok dia tidak pernah cerita kepada kami?” Jawab Sunny
“Kak Seohyun menderita asma
sejak kelas 4 SD. Saat itu Kak Seohyun sedang berada di jalan raya dimana
tiba-tiba ada motor berkecepatan tinggi lewat di hadapan Kak Seohyun. Saat itu
Kak Seohyun sedang menunggu angkot untuk pulang ke rumah. Saat tiba di rumah,
Kak Seohyun langsung memegang dadanya dan batuk-batuk. Segera oleh ayah dan ibu
dibawa ke klinik Sentosa Sehat. Ketika Kak Seohyun selesai di periksa, dokter
memberikan resep untuk ditebus di Apotik dan berkata bahwa Kak Seohyun
menderita penyakit asma.” Kali ini Yoona yang menjawab pertanyaan Sunny.
“Kenapa kamu tidak pernah
cerita sama kami semua Yun?” Tanya Hyoyeon kepada Seohyun.
“Aku tidak ingin membuat
kalian semua kawatir karena aku menyayangi kalian semua melebihi aku menyayangi
diriku sendiri.” Jawab Seohyun
“Kita semua kan sahabat. Jadi
sudah seharusnya kita semua saling memberi tahu jika terjadi sesuatu pada diri
kita.” Kata Tiffany
“Ya, aku tahu teman-teman.
Maafkan aku ya... Aku berjanji, aku tidak akan mengulanginya lagi mulai
sekarang.” Jawab Seohyun
Tak lama ketika mereka semua
selesai ngobrol, ayah dan ibu Seohyun yakni Pak Baek Hyun dan Ibu Min-Ah datang membawa makan siang.
“Siang Pa, Bu.” Sapa Sunny
mewakili teman-temannya.
“Oh siang anak-anak. Ternyata
ada kalian di sini. Sudah lama? Mengapa tidak bilang pada ibu kalau kalian
ingin ke sini? Tahu begitu kan Ibu dan Bapak bisa membelikan makan siang untuk
kalian. Iya kan Pak?”
“Iya. Mengapa kalian tidak
bilang kepada kami?” Tanya Pak Baek Hyun.
“Sudah Bu, kami sudah agak
lama di sini. Gak usah repot-repot kok Bu, Pa. Sebentar lagi juga kami akan
pulang. Kasihan Seohyun. Dia juga perlu istirahat.” Jawab Tiffany mewakili
teman-temannya.
“Ya sudah Bu, Pak, kami
pulang dulu ya... Kapan-kapan kami pasti ke sini lagi kok..” Janji Kai kepada Ibu dan Bapa Seohyun
“Ya sudah. Hati-hati di jalan
ya anak-anak... Maaf dari tadi kami belum bisa menemani kalian di sini.” Jawab
Ibu Min-Ah
“Tidak apa-apa kok Bu. Kami
di sini kan hanya ingin menjenguk sahabat kami yang sedang sakit. Bukan untuk
menuntut banyak hal kepada keluarga Bapak Baek Hyun dan Ibu Min-Ah.” Jawab Xiu
Min mewakili teman-temannya.”
“Ya sudah. Kami pulang dulu
ya Pak, Bu” Kata Luhan dan Sunny
“Cepat sembuh ya Yun.......”
Kata teman-temannya serempak
“Makasih ya teman-teman.
Kalian sudah menyempatkan waktu kalian untuk menjengukku.” Kata Seohyun
“Kami pulang dulu ya Yun...
Kalau sempat kami pasti akan kembali ke sini.. Tapi jangan berharap kami akan
kembali ke sini ya... Karena jika kamu menunggu kehadiran kami berarti kamu gak
berharap untuk sembuh donkk... hahahaha.... Just Kidding... Dont be angry
ya...” Kata Chen mengajak Seohyun bercanda
“Hahahaha.... Iya... Sekali
lagi makasih ya teman-teman...”
“Iya... Sama-sama. God Bless
You allways ya..” Kata Tao, Chen, dan Luhan.
“Bye...” Kata Sunny
“Bye...” Jawab Seohyun
Setelah mereka semua selesai
menjenguk Seohyun, mereka semua kembali menaiki mobil Chanyeol dan Kris sebagai
alat transportasi. Mereka berpisah di perempatan jalan dan kembali ke rumah
masing-masing. Saat itu jam menunjukkan pukul 12.30 siang.
Setelah sampai di rumah, Tao
segera mencari mamanya karena saat ia masuk memberi salam mamanya tidak
menjawab. Padahal biasanya ketika Tao memberi salam, mamanya tidak pernah tidak
menjawab salamnya.
Ia mencari mamanya ke dalam
kamar mamanya tetapi tidak ada. Kemudian ia juga menanyakan kepada Bi So Jin
tentang keberadaan mamanya karena biasanya jika mamanya pergi, mamanya akan
selalu memberi kabar padanya tetapi kali ini tidak. Tao semakin panik karena
masalah mamanya ini. Ternyata Bi So Jin juga tidak mengetahui keberadaan
mamanya.
“Setahu Bibi, Nyonya Ji-Hae
hari ini belum keluar rumah karena mobilnya sedang digunakan oleh Tuan.” Jawab
Bi So Jin
Tao melanjutkan pencariannya
terhadap mamanya di rumahnya dengan bertanya kepada Pak Junsu supir pribadi
keluarganya.
Tetapi jawaban dari Pak Junsu
mirip dengan jawaban Bi So-Jin
“Hari ini Nyonya Ji-Hae belum
keluar dari rumah. Karena mobil yang satu sedang di service di bengkel Kawasaki
tadi pagi dan yang satu sedang digunakan oleh Tuan.” Jawab Pak Junsu.
“Terima kasih atas
keterangannya ya Pak” Kata Tao
“Sama-sama Tuan...” Jawab Pak
Junsu
Setelah mendapat penjelasan
dari Bi So Jin dan Pak Junsu, Tao menuju ke kamarnya dan segera merogoh kantung
celananya untuk mengambil HP. Sesudah itu ia segera mencari nomor Chen sahabat
sejatinya sejak kelas 2 untuk meminta bantuan.
Setelah menemukan nomor Chen,
ia segera memencet tombol hijau bergambar telepon untuk menelepon Chen.
“Halo selamat siang. Benarkah
ini dengan Chen?”
“Siang. Iya ini Chen. Ini Tao
ya??”
“iya ini aku Tao. Aku ingin
meminta bantuan kepadamu. Kamu lagi sibuk gak sekarang.”
“Gak kok aku gak lagi sibuk.
Memangnya apa yang bisa aku bantu???”
“Kamu ke rumah aku aja sekarang.
Biar aku jelasin di sini. Masalahnya panjang dan rumit. Jadi kalau aku beri
tahu di sini akan sulit untuk di mengerti.”
“Oke. Aku ajak Chanyeol,
Kris, Suho, Kai, Sehun, Lay, Xiu Min dan Luhan.
“Iya. Cepat ya.. Ini sangat
penting”
“Iya. Gak lama kok....”
Tak lama kemudian, Chen,
Chanyeol, Kris, Suho, Kai, Sehun, Lay, Xiu Min dan Luhan tiba di rumah Tao. Tao
dengan tergesa-gesa segera menuju ke depan dan membukakan pintu untuk
sahabat-sahabatnya kemudian mengajak mereka semua ke kamarnya.
“Tadi saat aku pulang, aku
mengucapkan salam. Tapi ibu tidak menjawab salamku padahal biasanya ibu selalu
menjawab salamku. Dan jikalau ibu pergi, ia selalu pamit dahulu kepadaku
melalui cara apapun. Tapi kali ini Ibu sama sekali tidak memberi jejak sedikit
pun.” Jelas Tao kepada teman-temannya.
“Kamu sudah tanyakan kepada
Bi So Jin dan Pak Junsu?” Kata Chanyeol
“Sudah. Tapi mereka berdua
sama-sama memberi keterangan bahwa hari ini Ibu belum keluar rumah.”
“Kamu sudah mencari di
sini??” Jawab Kris
“Aku sudah mencari ke tempat
di mana biasanya ibu berada. Seperti di kamarnya, di ruang keluarga, dan
lain-lain.”
“Ya sudah. Bagaimana kalau
sekarang kita cari lagi bersama-sama dengan tidak berpencar. Agar kita bisa
saling mengingatkan jika ada satu sudut ruangan yang tidak sengaja terlewat”
Usul Kai
“Oke. Kita mulai dari sana
ya..”
“Oke”
Mereka bersama-sama mencari
Ibu Ji-Hae yakni Ibu Tao mulai dari pintu masuk hingga ke lantai 5.
Saat mereka sampai di lantai
3 di mana di lantai 3 tersebut terletak kamar Ibu Ji-Hae, mereka semua tidak
sadar bahwa ada 1 ruangan yakni kamar mandi yang mereka lewatkan tanpa di
lihat.
Saat mereka semua sudah
sampai di lantai 4, Sehun teringat dengan kamar mandi di mana jika mereka
bermain ke rumah Tao dan ingin ke kamar mandi, selalu kamar mandi itu yang
mereka gunakan. Sehun segera mengingatkan teman-temannya dengan kamar mandi
yang sedang ada di benaknya.
Tao dan teman-temannya segera
berlari menuju lantai 3 di mana kamar mandi itu terletak. Saat di buka, kamar
mandi itu terkunci dari dalam dan tidak bisa dibuka oleh mereka semua. Itu
artinya, Ibu Ji-Hae berada di dalam kamar mandi dan terjadi seduatu dengannya.
Saking paniknya, Tao segera membuka paksa pintu kamar mandi itu.
Betapa kagetnya ia dan
teman-temannya setelah Tao berhasil membuka paksa pintu kamar mandi itu. Mereka
semua menyaksikan kejadian yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. Mereka
semua melihat Ibu Ji-Hae tergeletak di lantai kamar mandi dengan mulut terbuka
dan mengeluarkan busa.
Dengan segera Tao dan
teman-temannya membawa Ibu Ji-Hae ke mobil Chanyeol dan segera membawanya ke
rumah sakit Hasan Sadikin tempat Seohyun dirawat.
Setelah diperiksa dokter,
ternyata Ibu Ji-Hae oferdosis obat penahan sakit di kepalanya sehingga Ibu
Ji-Hae harus diopname di ruangan 304. Tao tak henti-hentinya menangis di
samping ibunya. Tetapi untunglah Tao mempunyai teman-teman yang sangat setia
kepadanya. Sehingga ia sudah tak terlalu sedih lagi karena ada
sahabat-sahabatnya yang siap memberikan hiburan dan motivasi kepada Tao.
Ketika hari semakin sore,
teman-temannya pamit untuk pulang karena takut ibu mereka kawatir dengan
keadaan mereka dan berjanji besok mereka semua akan kembali ke sini. Tak lama
setelah teman-temannya pulang, terdengar pintu diketuk. Ternyata Seohyun.
“Tao, jangan bersedih terus
ya... Aku yakin, ibumu pasti sebentar lagi akan sadarkan diri dan akan cepat
sembuh dari sakitnya.”
“Makasih ya.. Kamu memang
sahabat yang baik. Padahal kamu lagi sakit. Tapi kamu masih bisa menyempatkan
waktu istirahatmu untuk menjenguk ibuku.”
“Sebagai sahabat, kita harus
saling membantu. Tadi siang juga kamu sudah menyempatkan waktumu untuk
menjengukku kan??? Sekarang biarkan aku untuk membalas budi padamu.”
Ketika mereka berdua
sedang bercakap-cakap, tiba-tiba tangan
Tao ada yang menggenggam. Ternyata yang menggenggam tangan Tao adalah Ibu
Ji-Hae. Ibu Ji-Hae telah sadarkan diri. Tao yang melihat itu sangat senang. Ia
lalu memeluk dan mencium ibunya. Seohyun yang melihat itu juga ikut senang. Ia
segera memberi salam pada Ibu Ji-Hae. Ibu Ji-Hae yang melihat kedatangan
Seohyun segera menjawab salam Seohyun kemudian berterima kasih karena walaupun
sedang sakit Seohyun bersedia untuk datang menjenguknya.
Karena
merasa hari sudah malam, Seohyun berpamitan kepada Ibu Ji-Hae dan Tao untuk
kembali ke ruangannya. Setelah berpamitan kepada Ibu Ji-Hae dan Tao, Seohyun
pun kembali ke ruangan tempat ia dirawat. Setelah Seohyun meninggalkan ruangan
tempat Ibu Ji-Hae dirawat, Tao pamit keluar untuk membeli makanan untuk ia dan
ibunya.
Setelah Tao
keluar dari ruangan tempat ibunya dirawat, tak lama kemudian terdengar pintu
diketuk. Ibu Ji-Hae mempersilahkan orang yang ada di balik pintu tersebut untuk
masuk ke dalam ruangannya. Ternyata yang mengetuk pintu barusan adalah suster
rumah sakit. Ia ingin memberi obat kepada Ibu Ji-Hae. Obat itu harus diminum
setelah selesai makan malam.
Tak lama
setelah suster itu memberikan obat kepada Ibu Ji-Hae,Tao kembali ke ruangan
membawa keresek yang berisi makanan untuk ia dan ibunya. Setelah suster yang
tadi memberi obat keluar dari ruangan, Tao membuka keresek itu dan mengeluarkan
isinya. Ternyata Tao membelikan makanan kesukaan ibunya yang tak lain adalah
sayur asam. Dengan semangat Ibu Ji-Hae melahap habis makanan yang diberikan
oleh Tao.
Setelah
selesai menyantap makanan yang diberikan oleh Tao, Ibu Ji-Hae mandi malam. Tak
lama setelah Ibu Ji-Hae selesai mandi, ia dan Tao beristirahat agar esoknya
bisa bangun dengan segar. Tetapi sebelumnya mereka berdua tidak lupa berdoa
sebelum tidur agar Tuhan YME melindungi mereka hingga mereka bangun di
keesokkan hari yang akan datang.
Karena
tidak disediakan tempat tidur untuk yang menunggu, Tao tidur di sofa yang ada
di kamar Ibu Ji-Hae.
Keesokan
harinya, ketika Tao terbangun dari tidur nyenyaknya semalam, ia melihat HP nya.
Ternyata, saking nyenyak tidurnya, ia tidak mendengar bunyi SMS dari
teman-temannya yang ternyata semuanya berjumlah 10 SMS. Ternyata, 3 dari Kai, 2
dari Kris, 4 dari Chanyeol, dan 1 dari Luhan. Mereka semua ingin menjenguk Ibu
Ji-Hae sekalian menjenguk Seohyun makanya mereka semua menanyakan apakah Tao
dan Ibu Ji-Hae sudah belum ataukah belum terbangun dari tidurnya.
Menyadari
hal itu, ia segera beranjak dari sofa dan menuju kamar mandi untuk mandi pagi.
Kemudian ia meminta kepada pihak rumah sakit agar dibuatkan sarapan untuk ia
dan ibunya. Sementara menunggu sarapan untuknya dan ibunya jadi, Tao
menggunakan kesempatan itu untuk mandi agar ketika teman-temannya datang ia
sudah tidak terlihat baru bangun tidur. Rencananya teman-temannya akan datang
menjenguk ibunya pukul sembilan karena hari ini adalah hari Minggu.
Setelah
selesai mandi, Tao menggunakan baju oleh-oleh yang diberikan oleh Tiffany
sewaktu berlibur ke Bali. Tak lama setelah Tao keluar dari kamar mandi,
terdengar pintu diketuk. Tao segera membukakan pintu dan mempersilahkan orang
yang berada di luar untuk masuk. Ternyata orang tersebut adalah suster yang ingin
mengantarkan sarapan yang belum lama dipesan oleh Tao.
“Permisi Tuan, ini sarapan
yang barusan dipesan oleh Tuan.”
“Iya. Terima kasih. Apa menu
sarapan untuk hari ini?”
“Menu sarapan untuk hari ini
adalah nasi goreng spesial Tuan. Setelah Ibu Ji-Hae selesai sarapan, tolong
hubungi kami agar pihak rumah sakit bisa memberikan obat untuk Ibu Ji-Hae.”
“Ya sudah. Terima kasih.”
“Sama-sama Tuan.”
Setelah suster rumah sakit
yang mengantarkan sarapan untuk Tao dan Ibu Ji-Hae keluar dari ruangan Ibu
Ji-Hae, Tao segera membangunkan Ibunya untuk menyantap menu sarapan hari ini
bersamanya.
Ibunya segera bangun dan
mencuci mukanya di kamar mandi agar terlihat lebih fresh. Setelah mencuci muka,
Ibu Ji-Hae segera menyantap menu sarapannya bersama Tao. Mereka selesai menyantap
menu sarapan mereka pada pukul setengah sembilan. Tao segera menyuruh ibunya
utuk mandi terlebih dahulu karena sebentar lagi teman-temannya akan datang
menjenguk ibunya.
Tak lama setelah ibunya
selesai mandi, terdengar suara pintu diketuk. Tao segera membukakan pintu.
Ternyata teman-temannya sudah datang. Tetapi Tao merasa ada yang kurang di
antara sahabat-sahabatnya yang datang hari ini.
“Kok aku merasa ada yang
tidak hadir ya di antara kalian semua.”
“Iya. Kamu benar Tao. Sunny
hari ini tidak bisa hadir karena ada urusan keluarga mendadak di Jakarta.”
Jawab Chanyeol
“Ohhhh....”
“Kamu tidak marah terhadap
Sunny karena ia tidak bisa hadir saat ini kan??” Tanya Kris
“Tidak kok. Aku bisa
memakluminya.”
“Baguslah kalau begitu”
Ketika mereka semua sedang
asyik berbicara, tiba-tiba terdengar suara deringan HP. Ternyata HP Tao
berdering. Ada yang menelepon. Tao bergegas meraih HP nya dan melihat siapa
yang menelepon dirinya. Ternyata yang menelepon dirinya adalah Sunny.
“Halo Tao, maaf ya aku tidak
bisa datang untuk menjenguk ibumu karena aku ada urusan keluarga mendadak di
Jakarta.”
“Gak apa-apa kok. Aku bisa
mengerti kondisimu.”
“Tapi kamu tidak marah
kepadaku kan?”
“Tidak. Buat apa aku marah
terhadap kamu? Itu kan juga bukan salahmu. Kamu kan tidak mengetahui bahwa ini
semua akan terjadi. Jadi apa yang harus dipersalahkan?”
“Terima kasih ya Tao. Kamu bisa
mengerti kondisiku."
“Kita kan sahabat. Jadi kita
semua harus saling mengerti keadaan satu sama lain. Kejadian ini kan terjadi
tanpa disengaja.”
“Ya sudah. Sudah dulu ya...
Aku ingin ke rumah nenekku dulu.”
“Bye...”
“Bye...”
Sahabat-sahabat Tao menjenguk
Ibu Ji-Hae selama kurang lebih dua setengah jam. Setelah mereka berpamitan
kepada Ibu Ji-Hae, mereka semua menjenguk Seohyun di ruangan 303. Ternyata Seohyun
sedang buang air di kamar mandi. Sambil menunggu Seohyun keluar dari kamar
mandi, mereka semua termasuk Tao mengobrol.
“Tao, besok kan di sekolah
ada test menyanyi. Kamu masuk sekolah gak?” Tanya Suho
“Inginnya sih begitu. Tapi
siapa yang akan menjaga mamaku di rumah sakit?”
“Tenang Tuan. Hari ini Ibu
Ji-Hae sudah bisa pulang ke rumah karena keadaannya sudah membaik. Hanya saja
Ibu Ji-Hae masih membutuhkan banyak istirahat di rumah. Jadi Tuan tidak perlu
kawatir lagi.” Tiba-tiba suster dari
pihak rumah sakit yang ternyata bernama Jessica muncul membawa kabar gembira
itu.
“Makasih ya sus atas kabar
gembira ini.”
“Sama-sama.”
“Kapan ibu saya bisa dibawa
pulang dari sini?”
“Setelah Tuan menyelesaikan
biaya administrasi dan Ibu Ji-Hae meminum obatnya.”
Tak lama satelah mereka
berbincang-bincang tentang kabar gembira ini, Seohyun keluar dari kamar mandi.
Seohyun ternyata mendengar semua pembicaraan mereka semua dari kamar mandi. Ia
pun memberikan selamat kepada Tao dan mengucapkan terima kasih kepada semuanya
karena telah mau menjenguk dirinya kembali padahal esoknya mereka semua akan
ada test menyanyi di sekolah.
Tak lama, terdengar bunyi SMS
di HP Seohyun. Dengan segera, Seohyun segera meraih HP nya yang ia simpan di
meja kecil yang ada di sebelah tempat tidurnya. Ternyata SMS itu dari Sunny.
“Maaf ya Yun. Hari ini
aku tidak bisa datang menjengukmu. Apakah kamu marah kepadaku? Kok sejak tadi
aku meneleponmu tetapi tidak ada jawaban darimu. Ini adalah usaha terakhirku
untuk mengucapkan maaf kepadamu. Tidak ada cara lain lagi untuk aku meminta
maaf kepadamu. Aku harap kamu akan menjawab usaha terakhirku ini. Sekali lagi
aku minta maaf karena aku ada urusan keluarga mendadak di Jakarta. Nenekku
pukul 8 pagi tadi telah dipanggil oleh yang Maha Kuasa. Oleh sebab itu aku
tidak sempat mampir dan mengucapkan maaf kepada kalian. Aku harap kamu mau
memaafkanku”
Setelah membaca SMS dari
Sunny, Seohyun sangat menyesal karena sejak tadi ia tidak mendengar bunyi
telepon dari Sunny hingga ia merasa sangat bersalah kepadanya. Padahal ia baru
saja tertimpa musibah. Oleh karena itu, ia segera membalas SMS dari Sunny.
“Justru seharusnya aku
yang meminta maaf kepadamu. Sebenarnya aku tidak mendengar suara handphoneku
karena aku sedang di kamar mandi untuk buang air. Tetapi mengapa kamu tidak
memberi tahu kami tentang kabar buruk itu? Kita kan sahabatmu. Kita pasti akan
berusaha untuk menghiburmu bahkan siapa tahu kami semua bisa datang untuk
melayat nenekmu. Karena sebenarnya aku dan Ibu Ji-Hae telah diperbolehkan untuk
keluar dari rumah sakit. Maaf karena kami baru bisa menyampaikan kabar ini
kepadamu. Jadi, bolehkah kami ikut
melayat nenekmu? Aku mohon agar kamu mengijinkannya.”
Setelah membalas SMS Sunny,
Seohyun segera menyampaikan kabar duka itu kepada sahabat-sahabatnya.
Sahabat-sahabatnya berharap agar Sunny mengijinkan mereka semua untuk ikut
melayat neneknya.
Tidak lama, terdengar kembali
deringan HP Seohyun. Ia segera meraih kembali HP nya yang tadi telah ia simpan
di meja kecil di sebelah tempat tidurnya.
“Ohh... Jadi kamu dan
Ibu Ji-Hae sudah diperbolehkan untuk keluar rumah sakit? Selamat ya... Aku
tidak melarang kalau kalian ingin ikut melayat nenekku. Tapi bukannya kamu
masih perlu banyak istirahat? Terima kasih ya... Kalian memang sahabat sejati.
Aku tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya hidupku tanpa kalian semua.
Mungkin sekarang aku sudah terlalu larut dalam kesedihan ini. Kalian tahu
sendiri kan... Aku sangat dekat dengan nenekku. Apalagi ketika ayahku sudah
tiada dan ibuku sedang ada di China saat itu. Nenekkulah yang menghiburku dan
mendengarkan semua isak tangisku selama beberapa hari itu. Sejak saat itu lah
aku menjadi sangat dekat dengan nenekku. Ia adala segalanya bagiku. Hari ini
aku harus kehilangan orang yang sangat aku cintai.”
Setelah membaca SMS dari
Sunny, mata Seohyun dan sahabat-sahabatnya merasakan cairan hangat yang keluar
dari mata mereka. Mereka semua berencana untuk segera menuju Jakarta ketika
Sohyun dan Ibu Ji-Hae diperbolehkan keluar dari rumah sakit. Rencananya mereka
semua akan pergi ke Jakarta menggunakan mobil Kai, Kris, dan Chanyeol sebagai
alat transportasi. Setelah membicarakan semua keperluan yang akan diperlukan
selama perjalanan, Seohyun kembali mengetik SMS di HP nya untuk Sunny.
“Tidak kok. Aku sudah
tidak apa-apa. Besok juga aku sudah diperbolehkan untuk masuk sekolah oleh
dokter. Oh iya, kami semua akan berangkat dari sini kurang lebih pukul setengah
dua siang. Setelah aku dan Ibu Ji-Hae keluar dari rumah sakit. Teteapi
sebelumnya aku ingin bertanya, dimana alamat pasti tempat nenekmu dirawat? Jadi
kami tidak perlu repot ketika kami sudah samapai di Jakarta nanti. Maaf jika
sejak tadi SMS ku mengusik pikiranmu. Tapi aku mohon, kamu jangan terlalu larut
dalam kesedihan ini. Kami di sini berjanji untuk selalu ada untukmu dalam suka
maupun duka yang kamu alami.”
Setelah itu, mereka semua
bersiap-siap untuk melayat nenek dari Sunny nanti. Rencana mereka akan ikut
membantu biaya pemakaman nenek dari Sunny dengan uang jajan mereka. Mereka
semua rela untuk memberikan semua uang jajan mereka hanya untuk sahabat
sejatinya yakni Sunny.
Tak lama kemudian, terdengar
kembali suara pintu diketuk. Seohyun segera membukanya. Ternyata yang mengetuk
pintu barusan adalah Jessica yakni suster rumah sakit. Ia menyatakan bahwa Seohyun dan Ibu Ji-Hae sudah diijinkan
untuk keluar dari rumah sakit.
Mereka semua sangat senang
mendengarnya. Seohyun dan teman-temannya segera pulang ke rumah masing-masing
dengan terburu-buru. Mereka ingin cepat-cepat sampai di Jakarta untuk bertemu
dengan Sunny sahabat mereka.
Selama perjalanan pulang,
Seohyun sangat kawatir karena sejak tadi SMS yang ia kirimkan untuk Sunny belum
juga dibalas. Maka ia pun mengetik
kembali SMS untuk Sunny. Seohyun sangat kawatir terjadi sesuatu dengan Sunny.
Tak lama setelah Seohyun mengetik
SMS untuk Sunny, Sunny pun segera membalasnya.
“Maaf ya Yun. Tadi aku
sedang sembayang nenekku. Nanti malam ada sekali lagi. Aku membuat kalian
kawatir ya? Alamatnya di Jalan Jendral Sudirman dekat Bandara Sukarno Hatta. Kamu
sudah keluar dari rumah sakit? Kalau sudah syukur. Kalian berangkat dengan
siapa saja? Tapi nanti aku lihat sendiri saja. Karena sesudah ini aku harus
mengurus pemakaman nenekku. Jadi SMS yang kali ini tidak usah dibalas. Sampai
ketemu di sini ya.... Bye...”
Setelah membaca SMS dari
Sunny, Sohyun lega sekali karena ternyata shabatnya itu baik-baik saja.
Sesampainya di rumah, Sohyun
bersiap-siap untuk pergi ke Jakarta nanti. Ia menyiapkan segala barang-barang
yang akan dibutuhkan selama di perjalanan nanti.
Lalu dia menelpon Chanyeol.
“Yoboseyo...” kata Chanyeol.
“Yeolliee...kau sudah siaaappp...???” kata Seohyun
memanjangkan perkataannya.
“Udaaaaahhh....” balas Chanyeol tak kalah panjang.
“Bagus..sekarang telpon si kebo!”
“Kebo siapa ya? Baru denger tuh...! lagian, masa kebo ditelpon,
emang kebo gaul banget ya, jadi punya handphone?” tanya Chanyeol.
“Ish bukan, maksud aku itu si Kris. Dia kan tukang
tidur...siapa tahu aja dia belum bangun...nanti kamu ama Kris jemput aku ke
rumahku aja, Ok?”
“Siap bosss...!” kata Chanyeol lalu mengakhiri
perkataannya dengan Seohyun.
Lalu giliran Chanyeol yang menelpon si Kris.
“Yoboseyoo...” kata Kris.
“Kriiss...kamu udah bangun? Udah siap?”
“Udah kali...sampai-sampai kau saja tidak sadar aku udah
di belakangmu!”
Chanyeol menengok ke belakangnya.
“Emaaaaakkk....! dosa apa yang kulakukan sehingga aku jadi
jantungaaan!!!” kata Chanyeol latah.
“Hahaha...makanya! jadi orang tuuh..kamu gak nyadar ya
dari tadi aku ngedengerin pembicaraan kamu sama si Seororo itu!”
“Pantesan feeling aku kayak ada orang di belakang aku!
Kamu masuk dari mana?” tanya Chanyeol.
“Dari jendela kamu, aku manjat!”
“Mwoooo....!”
“Hihihi ya enggaklah,
aku udah dapet ijin dari mama kamu!”
Careless
Careless
Shoot anonymous
Anonymous
Heartless
Mindless
No one who care about me~
Handphone Chanyeol berbunyi dan Chanyeol langsung
mengangkatnya.
“Yobo...” sebelum Chanyeol meneruskan perkataannya, orang
yang menelponnya sudah teriak-teriak.
“Park Chanyeol...KENAPA LAMA SEKALIII.......!” bentak
Seohyun.
“Ehehehe...sorry...aku ke sana ama si Wu Fan!”
“Hah? Wu Fan siapa Nyo?”
“Kriiiissssss........! udah ah...aku mau jemput kamu.”
“Si Seororo nelpon terus marah-marah gaje, udah yuk, pergi
jemput dia!” kata Chanyeol sambil menarik-narik tangan sobatnya.
Akhirnya mereka berdua pergi ke rumah Seohyun dengan bajaj
*eh salah, mobil sedan ketang*
Tampak di depan rumah Seohyun, si Seohyun sudah menunggu
sambil melipat tangannya.
“Kris...kamu aja yang jemput dia! Aku takut kena amarahnya
lagiii!” kata Chanyeol yang duduk di sebelah supir langsung bersembunyi.
“Ih, embung teuing! Gimana kalau Pak Seung-Ri aja yang
jemput dia!” usul Kris.
Pak Seung-Ri yang menjadi supir keluarga Park hanya
geleng-geleng kepala.
Akhirnya Pak Seung-Ri sendiri yang langsung keluar
menjemput Seohyun.
“Nona, saya diperintahkan Tuan muda Chanyeol untuk
menjemput anda.”
“Lho? Chanyeol dan Kris kemana?”
“Mereka tidak berani keluar, Nona.”
“Oh..” Seohyun langsung masuk ke dalam mobil.
Seohyun melirik ke arah Kris yang di sebelahnya.
“Eeng...siang Seo..apa kabar?” tanya Kris takut-takut.
“Baik banget, kamu sendiri?” balas Seo ramah.
Lha, ini anak salah makan obat kali ya? Pikir Kris.
“Kok gak dijawab?” tanya Seo.
“Eh? Ba..baik...” jawab Kris gegelapan.
“Baik, ayo berangkat!” kata Seohyun pada Pak Seung-Ri.
Akhirnya Pak Seung-Ri memajukan mobilnya dan langsung
menuju DJakarta.
Perjalanan dari Bandung
sampai Jakarta memakan waktu hanya 1 jam. Selama di perjalanan, mereka semua
melakukan kegiatan yang berbeda-beda. Mau tahu?
Seohyun :
dengarkan lagu di Ipod, SNSD-Kissing You
Chanyeol : main
game di Ipadnya.
Kris :
tertidur lelap J
Seung-Ri : fokus
menyetir (yaiyalah namanya juga supir)
Tak terasa
mereka sudah sampai di Jakarta. Mereka pun langsung menuju ke rumah kakek-nenek
Sunny. Di sana, banyak sekali sahabat-sahabat mereka yakni:Chen, Suho, Kai,
Sehun, Lay, Xiu Min, Luhan, Tao, dan Hyo Yeon.
“Annyeong...kalian ternyata sudah sampai lebih dulu dari
kita!” kata Chanyeol yang duluan menginjakkan kaki (?) di rumah kakek-nenek
Sunny.
“Huh, kalian lama sekali sih! Kami tungguin dari tadi
sampai si Kai sudah menghabisi setoples chocolate cookies yang seharusnya untuk
bersama!” omel Luhan.
“Yeh...kalau lama itu wajar...orang kita berangkat dari
Bandung ke Jakarta. 1 jam kan?” kata Kris.
“Katanya mau berangkat jam setengah 3, mestinya udah
nyampe jam setengah 4. Liat udah jam berapaaa!!!” keluh Sehun.
Kris, Chanyeol, dan Seohyun melihat jam tangannya. Jam
setengah limaaa!
“Kalau mau nyalahin, nyalahin aja tuh si Chanyeol dan
Kris! Mereka yang lama ke rumah akuu...” kata Seohyun sambil menunjukkan puppy
eyesnya.
“Hah? Jadi nyalahin aku, mestinya nyalahin si keb...eh, Kris!” elak Chanyeol.
“Huh, kamu yang lama. Aku udah nungguin dari tadi di rumah
kamu, malah sibuk teleponan!”
Chanyeol, Kris, dan Seohyun terus meributkan siapa yang
bersalah. Teman-temannya menepuk dahi
mereka. Haduh...mereka niat ngejenguk gak sih, pikir mereka.
“Udah guys...jangan bertengkar terus..kalian mau ngejenguk
Sunny kan? Malah bertengkar, deh!” lerai Xiu Min yang sudah bosan dengan
pertengkaran mereka.
“Eh..iya...KAMI LUPAAA!!! MANA SUNNY???” sadar ketiga ekor
orang itu.
“Ck...ya di rumahnya lah..udah sana! Sunny udah nyariin
terus. Terutama si Seo!” suruh Hyo Yeon.
Akhirnya mereka bertiga langsung masuk ke rumah Sunny dan
bertemu dengan Sunny.
Mata Sunny terlihat sembab dan bengkak karena menangis
terus. Chanyeol, Kris, terutama Seohyun merasa kasihan pada Sunny.
“Udah Sunny, relakan saja nenekmu....beliau sudah damai di
Surga. Dan beliau tidak ingin melihat cucunya ini bersedih terus...mana Sunny
yang dulu? Sunny yang selalu ceria, baik hati, dan imut?” kata Chanyeol sambil
menepuk pundak Sunny.
“Iya Sunny...jangan nangis lagi yaa...nanti aku beliin
balon sama es krim deh, asal Sunny gak nangis lagi!” tenang Seohyun.
Sunny yang mendengarnya ingin tertawa.
“Emang aku anak kecil apa, masih dibeliin balon dan es
krim?” tanya Sunny.
“Ya jelas, orang kamu nangis terus. Ya satu-satunya cara
buat nenangin anak kecil adalah dengan dibelikan es krim dan balon tentunyaaa!”
kata Kris tertawa.
Sunny langsung menjitak kepala Kris. Kris langsung
mengeluarkan lidahnya.
“Nah...senang ngelihat kamu kembali!” kata Tao
Sunny yang mendengar perkataan Tao tersenyum.